Jumat, 05 Juni 2015

percaya dan mempercayakan

SMASALUNGO 89. Percaya dan Mempercayakan. Tahu bedanya percaya sama mempercayakan. Awalnya sempat bingung juga sampai dengar satu kisah, di suatu negara ada sebuah kompetisi melewati seutas tali menyeberangi air terjun dengan imbalan berupa uang yang sangat banyak. Banyak orang yang mengikuti kompetisi ini, tetapi banyak juga yang mundur dari kompetisi ini karena merasa ragu dan ketakutan. Hingga ada seorang bapak yang dengan berani menyeberangi seutas tali tersebut dan berhasil.

Setelah keberhasilan orang tersebut, diadakanlah jumpa pers dan orang tersebut ditantang untuk mengulangi keberhasilannya. Sebelumnya ia bertanya 'Apakah rekan-rekan percaya saya dapat melakukannya lagi?'. Semua orang yang ada disana menjawab ‘percaya’. Orang tersebut lalu berbicara 'Jika semua percaya, adakah salah satu dari kalian yang bersedia ikut dengan saya? Jangan khawatir, akan saya gendong'.

Seluruh orang disana terdiam, hingga ada satu anak yang bilang 'Saya mau'.
Setelah anak tersebut menyatakan diri bersedia, kemudian dipersiapkanlah segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang seperti sebelumnya yaitu tali yang dibentangkan di atas air terjun niagara. Pada saat semua persiapan sudah matang, lelaki tersebut bersiap-siap menyeberang dan mengajak anak tersebut naik ke atas punggungnya. Dengan hanya bantuan sebatang tongkat sebagai penyeimbang lelaki tersebut berhasil menyebrangi air terjun niagara dengan baik.

Semua orang terperangah takjub menyaksikannya. Penghargaan kembali diberikan kepada dua orang tersebut, pada saat jumpa pers justru sang anak kecillah yang menjadi pusat perhatian dan memperoleh satu pertanyaan 'Nak, mengapa kau bersedia untuk ikut bersama orang itu untuk menyebrangi air terjun niagara?'. Dengan santainya anak tersebut menjawab 'Karena beliau itu adalah ayah saya'. Orang-orang terkagum-kagum atas jawaban sang anak.
Dari cerita tersebut dapat kita ambil sedikit hikmah bahwa selama ini orang selalu saja berucap 'Saya percaya bahwa Allah itu ada' tetapi kadang kita lupa untuk mempecayakan diri kita kepada-Nya dengan cara tidak pernah menerima takdirnya. Kita kadang selalu mengeluh akan apa yang menjadi musibah bagi kita, padahal bisa saja Allah menjadikan orang yang tingkatannya lebih mulia setelah melalui musibah tersebut. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu tentang umatNya dan Ia tidak akan pernah memberikan cobaan yang tidak bisa kita hadapi.

Jika kita percaya akan kebesaran Allah maka tak ada salahnya juga kita mempercayakan diri kita terhadap-Nya, karena apapun yang diberikan Allah pasti itu yang terbaik bagi kita.(wirjo's)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar